Intelektual Terpenjara

Bekerja sebagai seorang pegawai negeri adalah impian turun temurun yang diciptakan oleh nenek moyangku. Bekerja sebagai pegawai negeri untuk mengangkat derajat keluargaku. Bekerja sebagai pegawai negeri menjamin hari tua dan kesejahteraanku.

Berbondong bondong orang melamar untuk menjadi pegawai negeri. Tidak peduli lapar, haus, dan lelah tetap mengantri untuk menyerahkan persyaratan administrasi. “Ah… umur saya kelewat…”. “Ah… harus S1…”. “Ah…, Ah…, Ah…, …”.

Bekerja sebagai pegawai negeri selama 20 tahun. Bekerja mengetik selama 20 tahun. Bekerja mendata selama 20 tahun. Bekerja menyimpan arsip selama 20 tahun. Bekerja atau mengobrol sambil menunggu gajian selama 20 tahun.

Aku seorang sarjana. Aku lulus perguruan tinggi dengan IPK diatas 2,75. Aku sarjana yang pintar. Aku lolos ujian pegawai negeri dengan susah payah. Aku kadang merogoh kocek untuk memperlancar. Aku Bekerja sebagai seorang pegawai negeri.

Apakah kepintaranku berhenti dengan mengetik? Apakah kepintaranku berhenti dengan mendata? Apakah kepintaranku berhenti dengan menyimpan arsip? Apakah kepintaranku aku sia-siakan dengan pekerjaan yang sama selama 20 tahun? Aku seorang sarjana… bukan seorang yang tidak sekolah…